Janganlah engkau makan sesuatu atau minum sesuatu dan janganlah engkau
tidur, kecuali dengan kehadiran Hati yang “sadar” dan mata yang “awas”.
“Barangsiapa terhalang dari perjalanan-Ku di dalam batin, maka ia
akan diuji dengan perjalanan dzahir, dan ia tidak akan semakin dekat
dari-Ku melainkan justru semakin menjauh dalam perjalanan batin.”
Kemanunggalan Ruhani merupakan keadaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata,.
Siapa yang percaya denganNya sebelum mengalaminya sendiri, maka ia telah “mengingkariNya”.
Dan siapa menginginkan “ibadah” setelah mencapai keadaan Wushul, maka ia telah “menyekutukanNya”
(Maksudnya : “Penyatuan Ruhani” antara makhluk dan Khaliq tidak akan
dapat diungkapkan dengan kata-kata. Jika seseorang belum mengalaminya
sendiri, maka ia akan cenderung mengingkarinya. Dan orang yang mengaku
telah mengalaminya padahal belum, maka ia telah “mendustai diri”. Orang
yang telah mencapai keadaan ini, tiada yang ia inginkan selain
perjumpaan denganNya. Jika ia menginginkan hal lain, meski itu berupa
ibadah sekalipun, dalam maqam ini, ia dianggap telah menyekutukanNya
dengan keinginannya yang lain itu.)Barangsiapa memperoleh kebahagiaan
Azali, maka selamat atasnya, dia tidak akan terhina selamanya. Dan
barang siapa memperoleh kesengsaraan Azali, maka celaka baginya, dia
tidak akan diterima, dan terhina karenanya.
Aku Jadikan kefakiran dan “keperluan” sebagai kendaraan manusia.
siapa saja yang menaikinya, maka ia telah sampai di tempatnya sebelum
menyeberangi gunung dan lembah.
(Maksudnya : Kefakiran dan “keperluan” merupakan sarana yang membawa
manusia kepada kesadaran akan Jati Dirinya dan kebesaran Allah swt.
Orang yang telah sampai pada kesadaran semacam ini berarti telah sampai
pada posisinya yang tepat, tanpa harus menempuh perjalanan yang
berliku-liku.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar